Kamis, 05 Maret 2009


"IBU MAAFKAN AKU"


Siang itu mentari begitu cerah. Secerah hati orang yang dekat dengan Robbnya. Orang yang selalu menjaga cintanya kepada anak-anaknya, siapa lagi kalu bukan ibuku. Ibu yang selama ini selalu aku anggap remeh karena kecacatan beliau. Ibu yang selama ini sering aku lukai walaupun selalu dibalas dengan sunggingan senyum manis dari bibir indahnya. Ibu yang senantiasa menasehatiku dikala aku lupa. Orang yang tak pernah bosan membantuku walaupun dalam kekurangannya. Yang selalu setia menemani aku dalam keadaan sedih.

Hanya aku yang tidak sadar akan besar dan luasnya kasih sayang yang dicurahkannya. Terkadang airmatanya mengalir di kelopak matanya karena kat-kata kasarku. Beliau hanya bisa megelus dada… ya… mengelus dada.

Sudah dua tahun ini beliau lumpuh karena penyakit struk yang membuat beliau tidak bisa lagi berjalan normal seperti dulu. Sekarang beliau hanya berjalan dengan tertatih-tatih kalau mau kekamar mandi dan ke darpur. Tak jarang beliau terjatuh ketika sedang berjalan, karena tidak kuat. Penyakit ibu datang secara tiba-tiba. Tanpa tau apa penyebabnya. Yang aku tau setelah ayah mengantar ibu berobat kedokter, beliau sudah divonis struk oleh dokter.

"Roni…? Mau kemana nak?? Kalau mau pergi shalat zhuhur dulu sayang, habis itu baru pergi…" seru ibuku yang sedang menjahit baju di ruang tengah.

"Ah…! Bukan urusan ibu, nanti juga sholat. Kan waktu shalatnya juga masih panjang" jawabku dengan nada sedikit membentak, sambil terus menyalakan motor dan memanaskan mesin.

Lagi-lagi …ibu hanya mengelus dada dan mendung dikelopak matanya mendengar jawabanku. Ya… hanya itu yang bisa dilakukannya. Entah berapa ribu kali sudah aku melukai hati sucinya. Tapi anehnnya beliau tidak pernah sedikitpun seingatku menyakiti apalagi melukai hati ini. Ah…. Entahlah aku ini.

* * * *

Jalan raya kota Semarang semakin siang semakin ramai dengan lalu lalang angkot yang semberautan. Belum lagi pedagang kaki lima yang berdagang di sepanjang jalan menambah semberaut bentuk kota. Aku melaju dengan kencang dan terus memilin gas motorku disepanjang jalan tersebut. Tak kuhiraukan hiruk pikuk kendaraan lain. Sambil dua kupingku disumbat dengan handset MP4 yang kunyalakan keras-keras dalam helmku. Kunikmati perjalananku dengan iringan lagu-lagu rock band barat yang aku sendiri tidak tau apa artinya. Yang penting aku nyaman dan senang mendengarkannya.

Sedang asyik mendengar musik, aku terus menaikan amper kecepatan sepeda motorku. Sehingga melaju dengan kencang. Ditengah keramaian itu amper motorku mencapai 120. semua kendaraan aku dahului dengan keahlianku menyalip ditengah kedaraan lain.

Ketika hendak menyalip sebuah Toyota Vios hitam didepannku. Tiba…sebuah metromini dari depan menghantamku. "BRRAKKKK…….!" Setelah itu tiba-tiba gelap, dan aku seolah terbang ke awan. Setelah itu entahlah….aku tidak ingat lagi dan benar-benar lupa.

Mungkin semua orang berkerumun…. Melihat jasad yang hancur dan berlumur darah itu.

* * * *

Kubuka mata pelan-pelan. Perlahan kucoba memperhatikan disekelilingku. Putih..putih dan putih. Ya…langit-langit kamar yang putih, sprei putih, dan kain penutup putih. Sebuah botol infus menggantung diatas tangan kiriku. Aku belum mengerti aku ada dimana. Seingatku kamarku bukan seperti ini.

Perlahan kugerakkan tubuhku, ada rasa nyeri di bagian belakang punggungku. Kakiku juga begitu berat dan terasa teramat sakit ketika kucoba menggerakkannya.

"Ah…ibu….ibu….sakit" kata itu yang pertama kali keluar dari lidahku yang kurasa juga kelu.

"Kamu sudah sadar nak…! Alhamdulillah ya Allah"…tiba-tiba nama yang kupanggil tadi sudah berada disebelahku dengan jilbab panjangnya. Terlihat ibu habis menangis dan ditangannya kulihat ada sebuah mushaf alqur'an kecil, sepertinya beliau baru selesai tilawah. Sebelum beliau tertatih-tatih dengan kaki lumpuhnya menghampiriku.

Dengan lembut dibelainya dan diciumnya pipiku.

"nak kamu sudah sadar??..." sekali lagi beliau bertanya dengan lembut sambil memelukku

"ya bu…"

"Kenapa saya bisa disini bu…?"

"seminggu yang lalu kamu kecelakaan waktu kamu pergi dari rumah pakai motor"

"kata orang-orang kamu tabrakan dengan metro mini nak…"

" ibu hanya dapat kabar seperti itu dan kamu sudah dibawa oleh orang-orang kerumah sakit."jelas ibu panjang lebar.

Ketika itu ingatanku kembali pulih…aku ingat ketika aku berangkat dari rumah sekitar jam 12 .15 siang. Saat itu ibu menyuruhku untuk shalat zhuhur dulu sebelum berangkat, tapi tidak aku dengarkan. Ya…ya…aku benar-benar ingat ketika beliau aku balas dengan kata-kata keras dan beliau hanya menangis saat itu. Dan sekarang beliaulah orang pertama kali yang ada disampingku menemaniku dirumah sakit, walaupun beliau sendriri juga sakit. Perlahan mataku mulai terasa panas dan seperti ada embun yang menetes dari kelopak mataku. Aku menangis dan menangis. Aku menyesal, seandainya aku dengarkan nasehat ibu waktu itu.

Kuraih tangan ibu yang lembut, dan kucium dengan setulus hati, sambil air mata terus menganak sungai dipipiku.

"ibu maafkan Ronni ya…"

"Ronni nggak mau mendengarkan nasehat ibu kemarin"

"Ronni benar-benar menyesal bu…, gak akan pernah ronni ulangi bu.."

"ya… sudahlah sekarang kamu istirahat dulu biar cepat sembuh…"

"Ibu roni anak durhaka bu, Ronni gak dengar nasehat ibu, selalu bukin ibu nangis. Bu… maafin ronni…."

"sstt…"ibu hanya bisa meletakkan telunjuknya dibibirku

Ibu hanya tersenyum haru dan airmatanya kembali mengalir deras, membasahi wajah dan jilbab putihnya Dipeluknya tubuhku dan didekapnya dengan penuh kasih sayang.

"ibu gak pernah merasa disakiti sama kamu sayang"…..

Hanya itu kata yang keluar dari bibirnya. Oh…ibu betapa mulianya hatimu. Betapa besar cintamu. Dengan apa aku harus membalasnya . Masih pantaskah orang seperti aku disebut sebagai anak.

Ibu maafkan aku….aku janji akan membahagiakan mu.

Ya Allah seandainya ibu ada dosa-dosa biarlah aku yang menanggungnya. Biarlah aku yang di neraka asala jangan beliau. Biarlah aku yang disiksa asalkan jangan ibu.

Ya Allah ampuni dosa ibu, sayangi beliau sebagaimana dia menyayangiku dulu. Tempatkan beliau di surgaMu kelak.

"Ribuan kilo

Jalan yang kau tempuh

Lewati rintang untuk aku anakmu

Ibuku sayang masih terus berjalan

Walau tapak kaki penuh darah penuh nanah

Seperti udara kasih yang kau berikan

Tak mampu ku membalas

Ibu……".

By:

Fachry

NB: Cerpen ini special buat ibu ku yang jauh dimata. Dirumah di jambi. Aku kangen sama ibu. Aku pengen pulang ibu. Ingin dipeluk dan dicium ma ibu

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger