Kamis, 29 Januari 2009

Si Rian Bertanya Aku Menjawab

2 komentar

Si Rian Bertanya Aku Menjawab
Sewaktu duduk-duduk di teras masjid. Si Rian anak SMA kelas 1, tetanggaku datang menghampiri.
“Kak boleh tanya-tanya tidak.”
“Boleh saja” jawabku.
“Kak kok Kakak anti pacaran sih?” Tanya Rian.
Aku balik bertanya “Emang apa gunanya pacaran?”
“Kan bisa lebih mengenal calon istri Kak” jawab si Rian.
“Ooo begitu yah” Aku kembali bertanya “Apakah kamu mencintai pacar kamu?”
“Iya Kak” jawab si Rian.
“Kalau pacaran gunanya untuk mengenal calon istri, terus kenapa Kamu bisa mencintai pacar Kamu padahal Kamu belum mengenalnya? Selain itu, kalau Kamu memang mencintai pacar kamu kenapa tidak langsung dinikahi saja langsung, kan sudah cinta?” jelasku kepada Rian.
“Ooo iya juga yah” si Rian membenarkan.
Rian kembali bertanya “Jadi selama ini Kakak tidak pernah pacaran?”
“Tidak pernah” jawabku. “Dan bayangin nanti kalo sudah nikah Kakak bakalan bilang ke istri Kakak; Sayang engkaulah wanita pertama yang Aku kecup keningnya dengan cinta, yang Aku belai rambutnya dengan kasih sayang, dan engkaulah wanita pertama yang menemaniku melewati malam dingin sunyi dengan bercinta. Pasti istriku berbunga-bunga” lanjutku.
“Wets mesranya” si Rian menyambung omonganku dan kembali bertanya “Trus bagaimana caranya mengenal calon istri?”
“Sebelum memutuskan untuk menikahi seorang perempuan, taaruf dulu” jawabku.
“Taaruf apaan lagi itu Kak?” si Rian penasaran.
“Taaruf itu adalah masa perkenalan, disitu Kamu boleh bertanya tentang dia apa saja bahkan yang bersifat rahasia dan pribadi, sebaliknya Dia juga bisa tanya Kamu. Tapi rahasianya tidak boleh kamu ceritakan ke orang lain. Terus setiap ketemuan pihak perempuan harus ditemani mahramnya. Setelah melalui proses taaruf barulah Kamu dan Dia bisa memutuskan apakah melanjutkan hubungan ke pelaminan atau tidak.” Jawabku panjang lebar.
“Oooo begitu toh namanya taaruf” si Rian meng-o panjang.
Aku melanjutkan pembicaraan “Aku sebenarnya tidak anti pacaran Dik, tapi Kakak baru mau pacaran kalo sudah menikah, karena pacaran ketika sudah nikah dengan sebelum nikah beda banget kayak langit dan bumi Adik.”
“Memang apa bedanya Kak?” si Rian bertanya lagi.
Aku jawab lagi “Bedanya itu kalo kita pacaran sebelum nikah, setiap sentuhan adalah dosa, setiap kecupan adalah dosa, setiap belaian adalah dosa, apalagi kalo melakukan itu ….. tambah dosa deh. Tapi kalo sudah nikah setiap sentuhan lembut adalah pahala, setiap kecupan mesra adalah pahala, setiap belaian kasih sayang adalah pahala, bahkan melakukan itu …. juga dapat pahala.”
Rian cuma manggut-manggut.
“Eh kak punya pulsa tidak buat sms, pulsa Aku abis nih” si Rian minta pulsa buat sms.
“Ada nih” jawabku sambil menyodorkan ponsel.
Setelah mengetik sms dan mengirimnya. Aku kemudian bertanya “Sms apaan sih?”
Sambil menyodorkan kembali ponsel Aku, si Rian menjawab “Nih baca saja sendiri kak”
Aku meraih ponsel dan membaca smsnya; “Dinda kita sudahan dulu yah pacarannya, nanti kita lanjutin kalo udah nikah. Rian Selengkapnya...

Senin, 26 Januari 2009

2 komentar

"KETIKA CINTA BERTARBIYAH"

" Hallo sayang lagi ngapain…? Kita jalan yuk sore ne…!!!"

masih ingat jelas sebuah sms yang aku terima dua hari yang lalu dari Fitri pacarku.

Namun sms itu tak pernah aku balas, dan tak pernah aku tanggapi, walaupun perasaan di hati ingin sekali mengiyakannya. Bahkan kini setiap sms darinya tak pernah aku jawab lagi demi menjaga hati ini. Tapi ah…, semenjak peristiwa itu aku menjadi sadar akan hakikat cinta yang sesungguhnya. Cinta yang suci yang harus aku persembahkan hanya satu-satunya buat Allah. Betapa nikmat ketika kita sudah bisa mencintai Allah melebihi dari cinta kita kepada segalanya. Aku sungguh sangat kagum melihat mereka yang bisa menjaga cinta mereka hanya buat Yang Maha Menciptakan Cinta itu sendiri. Karena Allah tidak akan mengecewakan siapapun yang mencintainya, dan kitapun tidak akan pernah cemburu ketika orang lain juga mencintaiNya. Mungkin itulah hakikat cinta suci yang sesungguhnya.

Jujur aku baru sadar, kalau cinta yang selama ini aku jalin adalah cinta yang dilarang dan dibenci oleh Allah swt. Cinta yang mendatangkan dosa dan penuh dengan aroma maksiat. Cinta yang akan melemparkan aku ke neraka yang sangat panas. Waktu itu menurtkuku inilah cinta yang sesungguhnya, dan inilah cinta yang suci itu. Tapi semua penuh dengan kebohongan.

Setiap sore aku sering jalan-jalan sama Fitri mengelilingi taman bunga di kota kembang ini. Terkadang menyusuri trotoar yang terbentang di sepanjang jalan raya berduaan, sambil bergandengan tangan dengan penuh mesranya. Sesekali kami bercanda ria di sepanjang jalan tersebut. Tak jarang cubitan-cubitan kecil yang nakal mendarat di tangan dan perutku. Senyumnya yang manja membuat aku semakin terbuai di sisinya. Semua itu kami lakukan tanpa sedikitpun rasa malu kepada Allah yang Maha Menyaksikan. Begitupun rumput-rumput yang hanya termagu di pinggir jalan melihat kemesraan kami.

Tapi setelah aku tau itu semua adalah haram barulah aku sedikit-sedikit mencoba untuk meniggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk itu. Bermula ketika saat itu aku diajak Rudi temen sekampus ku mengajak aku dating kepengajian remaja di sebuah masjid. Melalui sebuah sms

" Ri besok ikut gue yach…ada acara seru,,, pokoknya banyak cewek dech di situ, jamin lo pasti suka"

begitu sms rudi yang aku terima sebelumnya. O…ya sebelumnya namaku M.Arinal Haq. Biasa dipanggil Ari oleh temen-temenku.

" ok… aku ikut…" jawabku singkat

Ya udah besok gue tunggu di kosan jam 2.00 siang." Balas Rudi.

Mendengar kata rudi banyak cewek-cewek yang datang, aku lansung mengiyakan ajakannya. Maklum anak muda. He…he...

Besoknya jam 2.00 siang aku dan Rudi ketemu dan lansung berangkat ketempat yang dituju. Aku belum tau di mana tempat yang akan kami tuju. Karena sampe sekarang Rudi terus merahasiakan tempatnya.

"sebenarnya tempatnya masih jauh gak sich…?" Tanyaku pada Rudi penasaran waktu dalam angkot..

"sebentar lagi kita nyampe tenang aja…! Pokoknya tempatnya mulia banget" jawab Rudi singkat.

Tidak berapa lama angkot itu berhenti di depan sebuah masjid. Tangan ku ditarik oleh Rudi pertanda mengajak turun. Dan setelah membayar ongkosnya, angkot itu berlalu begitu saja di depan kami.

" lho… ko' kita ke masjid??" Tanya ku.

"yaa…ini tempatnya, khan ini tempat paling mulia di bumi" jawab Rudi senyum.

"Huh,,," cibirku kesal.

Tiba kami berdua sudah disambut oleh orang-orang yang berpakaian serba putih. Sungguh wajah mereka bersih dan keliatan seperti bersinar. Jumlah mereka juga cukup banyak. Akhirnya kamipun disuruh untuk masuk.

"Silahkan akhi Rudi ajak temennya lansung masuk karena sebentar lagi pengajian akan segera dimulai" kata salah seorang dari mereka sambil menarik tangan kami penuh dengan senyum. Rudi pun mengiyakan, begitupun aku walaupun ada rasa kesal dihati ini.

Disebelah hijab sana para akhwat-akhwat yang berjilbab panjang mulai banyak beradatangan.

Singkat cerita aku pun mengikuti pengajian itu sampai selesai. Saat itu pengajian membahas tentang Cinta Kepada Allah. Salah satu nasehat dari ustadz yang memberikan tausyiah tadi ada yang mengganjal di hatiku. Apalagi ketika beliau menjelaskan tentang cinta manusia kepada lawan jenis. Ayat "wa laa taqrobuz zina" jangan lah mendekati zina. Pacaran salah satu dari contoh mendekati zina. Masih terngiang-ngiang di telingaku ayat tersebut sampai aku dikotsan.

Semenjak saat itu aku rutin mengikuti pengajian yang diadakan setiap minggu itu. Dan akhirnya akupun sedikit-sedikit faham dengan ajaran agama, yang memang selama ini aku tinggalkan.

* * * * *

Siang ini begitu cerah, burung-burung bernyanyi menghiasi irama musik kehidupan di muka bumi ini. Di bawah sebatang pohon depan perpustakaan kampus Fitri dan Wati lagi berbincang-bincang. Serius kayaknya.

" ti, kenapa yach… akhir-akhir ini Ari semakin berubah, seolah-olah dia sengaja menjauh dariku..?" Tanya Fitri kepada Wati yang juga temen akrabnya.

"Bahkan setiap kali aku sms tidak pernah dibalas, telpon tidak pernah diangkat, boro-boro ngajak jalan" terang Fitri panjang lebar.

" aku juga gak tau pasti Fit, yang jelas aku juga ngerasain dia berubah banget sekarang" jawab Wati.

"entahlah…! Aku bingung." Ketus Fitri

"akhir-akhir ini aku sering melihat Ari menyendiri berzikir di masjid kampus, terkadang dia menghadiri pengajian. Padahal khan dia anti banget dengan yang gitu-gituan kan?" tambah Wati.

"aku jadi penasaran dengan pengajian yang diikutinya, minggu depan aku akan selidiki pengajian apa sich yang membuat Ari berubah kepadaku…?, apakah gara-gara pengajian itu dia menjauhi aku" komentar Fitri dengan penuh emosi seraya berlalu..

Merasa hubungannya sudah kurang harmonis, Fitri bertekad untuk menyelidiki penyebabnya. Ia tidak mau hubungannya digantung seperti ini. Ia ingin minta kejelasan dari Ari tentang hubungannya ini. Semoga kata putus tidak pernah terlontar nantinya karna Fitri benar-benar masih saying kepadanya. Ia rela mengahadapi apapun demi memperjuangkan cintanya. Baginya cintanya pada Ari adalah segala-galanya…

Pada minggu yang telah ditentukan, keduanya bersiap menjalankan aksi mereka untuk menyelidiki Ari. Mereka telah berencana untuk menyelidiki siapa orang yang telah membuat sikap Ari berubah padanya, dan mereka juga akan mencari tau tentang apa yang sedang dipelajari oleh Ari. Demi untuk mencari tau hal tersebut akhirnya Fitri dan Wati masuk kedalam masjid bergabung dengan para akhwat yang berada di sebelah tabir untuk ikut serta mendengarkan ceramah yang akan disampaikan.

Lama sudah mereka ikut pengajian tersebut. Perlahan keduanya husyuk mendengarkan tausyiah-tausyiah yang diberikan oleh ustadz yang berbicara di depan. Hingga hidayah itupun datang. Diam-diam hati Fitri tertegun memikirkan kata demi kata yang disampaikan ustadz itu. Terlebih saat ia membacakan dan menjelaskan tafsiran dari ayat "wa laa taqrobuz zina". Tanpa terasa butiran-butiran air mata mulai mulai menetes, meng-anak sungai di pipinya tak terkecuali dengan Wati. Meratapi dosa-dosa yang telah ia perbuat, menangisi kesalahan-kesalahannya selama ini. Ia tersedu dan terus tersedu sambil mengusap air mata dengan saputangan yang dipegangnya. Sehingga beberapa akhwat yang ada di dekatnya sejenak melemparkan pandangan kepadanya, dan dengan penuh kelemah lembutan serta senyum ikhlas merekapun merangkul dan ,mengelus-ngelus pundak Fitri.

"sungguh hidayah Allah diberikan kepada orang yang dikehendakinya"

Sejak kejadian itu Fitri selalu sering menyendiri di mesjid kampus sambil menunggu jam kuliah. Terkadang ia membaca alqur'an yang selalu ia bawa di dalam tasnnya. Sesekali ia berzikir dengan husyuknya dan tak jarang air matanya meleleh. Penampilannyapun perlahan-lahan sudah mulai berubah. Yang dulu setiap kali berangkat ke kampus selalu mengenakan celana jeans ketat, sekarang ia sudah bisa pake rok panjang, dan tak jarang ia pake baju gamis. Bak bidadari yang turun dari kayangan. Jilbab pendek yang dulu hanya sekedar menempel di kepala dan melilit di leher, sekarang mulai berubah menjadi jilbab besar nan cantik alias " jilbaber"

Sungguh benar-benar menakjubkan, sifat genit nan centilnya dulu kini telah luntur menjadi sifat seorang wanita muslimah yang sesungguhnya. Entah kemana Fitri yang dulu. Yang jelas Fitri yang sekarang jauh telah berubah 180° dari yang dulu. Ia selalu menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang membuat ia dekat dengan Allah. Sehingga ia tak sempat untuk berfikir berbuat maksiat lagi.

* * * * *

Sore itu Kota Bandung begitu cerah. Awan teduh menyelimuti bumi Parahiyangan nan indah ini. Di kejauhan angkasa terlihat layang-layang berterbangan seperti berlomba-lomba mencapai awan. Tak jarang ada laying-layang yang putus dan hilang dibawa oleh angin ke awan. Warna-warni layangan tersebut semakin menghiasi langit sore itu.

Sehabis shalat asar aku duduk sendirian di depan kotsan , di kursi teras depan. Sambil menikmati pemandangan indah sore itu, kurogoh kantong saku ku untuk mengambila hp, dan sejenak jemariku sibuk mengutak-atik hape Nokia N70 itu.

Sore itu entah setan apa yang merasuki hatiku, sehingga aku teringat akan Fitri pacarku yang sudah lama tidak aku temui apalagi ngobrol-ngobrol bareng seperti dulu. Iseng aku kirim sebuah sms kepadanya dengan gombal.

"Asw… sore!!!

Apa kabar dear…??" sms terkirim dari hape ku.

Tak berapa lama hp ku berbunyi, aku lihat ternyata balasan dari Fitri.

"alhamdulilah baik…" jawabnya singkat.

Tanpa fakir panjang aku balas sms itu.

" malam ni kita ketemua yuk…!aku tunggu di kantin taman bunga sambil makan malam bareng" ajakku.

Ok….! Jawabnya singkat. Hatiku berbunga-bunga.

Aku gak tau sore itu aku dirayu dan digoda oleh setan mana, sehingga aku berani ngirim sms kaya' gitu.

Malam harinya tepat pukul 19.30 malam aku sudah berada ditempat yang dijanjikan. Dengan modal stile yang cukup, aku terus menunggu. Tanpa terasa, satu jam sudah aku menunggu, namun Fitri yang kutunggu-tunggu belum kunjung juga datang. " apakah Fitri lupa??" fikirku dalam hati. Ah…entahlah…!

Hingga akhirnya aku berinisiatif untuk bertanya pada pelayan kantin yang tengah nyantai itu. Boleh jadi Fitri sudah duluan datang kesini dan pulang lagi. Aku bergegas menuju pelayan itu. Belum sempat aku bertanya, pelayan itu menghampiriku dan bertanya.

" apakah aa' yang bernama Ari?..." Tanya pelayan itu ramah.

"iya…! Ada apa??" tanyaku balik penasaran.

" ini ada titipan surat dari seorang wanita kira-kira dua jam lalu…"

" wanita itu memakai jilbab pink panjang dan besar, pake baju gamis putih, yang jelas orangnya cantik sekali seperti seorang ustadzah muda yang sangat anggun." Terang pelayan itu panjang dan lebar seraya menyerahkan surat itu kepadaku.

"terimakasih mbak…!" jawabku singkat sambil mengambil surat itu dan berlalu.

Aku semakin bingung, siapakah wanita kerudung panjang pake gamis putih nan anggun itu? Siapakah wanita yang telah mengirim surat ini. Berkecamuk pertanyaan itu dalam benakku. Hingga tanpa fakir panjang aku lansung membuka amplop surat itu dan membaca isinya:

Assalamu'alaiku warohmatullah wb

Buat

a' Ary yang sedang

menunggu

Bismillah…

Semoga orang yang menulis dan membaca surat ini diampuni oleh Allah swt dan selalu berada dalam lindunganNya. Karna hanya lingdunganNya saja yang bisa menyelamatkan manusia dari segala hal apa pun.

A' Ary…

Sebelumnya mohon maaf karena saya gak memenuhi janji untuk bertemu malam ini. Bukannya saya lupa pada janji atau tidak cinta lagi, dan bahkan membenci aa'. sungguh tidak….a' !!. saya hanya malu …tak lebih dari itu. Malu pada diri saya sendiri terlebih lagi saya malu kepada Allah yang Maha Melihat. Karena saya baru sadar kalau selama ini saya tidak pernah merasa malu kepadaNya. Malu akan dosa-dosa kepadaNya dan malu kepada engkau yang terlalu suci untuk dinodai.

A' Ary…

Tiga minggu yang lalu saya pernah kecewa kepadamu, rasanya benar-benar sakit dan sakit. Namun keperihan itu saya pendam dalam-dalam di sanubari. Saat aa' tidak pernah lagi balas sms dari saya, saat aa' mulai menjauh, saat aa' gak pernah ngajak jalan bareng lagi. Jujur saya kecewa dengan perubahan aa' ini. Mungkinkah ada orang lain di hati aa' selain saya, begitu fikirku. Yang jelas saya bertekad suatu saat akan menghabisi orang yang telah merebut hatimu sehingga berpaling dariku. Ternyata saya salah. Seminggu setelah itu saya pernah mengikutimu diam-diam kesebuah pengajian bersama Wati. Dengan niat ingin tau siapa orang yang telah membutakan hatimu. Tapi di situ malah sebaliknya yang saya dapatkan. Betapa tausyiah-tausyiah dari ustadz yang saat itu mengisi ceramah perlahan masuk kedalam kalbuku dan menderaikan air mata mengenang dosa-dosa ini. A' Ari terima kasih telah menyadarkan ku dengan sikapmu.

A' Ary…

Betapa bodohnya saya, telah membuatmu terlena dalam rayuan saya dulu. Saya baru sadar ternyata hubungan yang kta jalani selama ini jauh dari rahmat Allah. Hubungan kita hanyalah sebuah jebakan setan untuk menyesatkan kita. Kita terjebak dalam cinta yang salah yang dihiasi nafsu belaka. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita berdua dulu.

A' Ary…

Bantu saya dalam mencari cinta Allah. Bantu saya mendekatkan diri kepadaNya, karena saya baru tau cinta sejati adalah "Cinta Allah kepada hambaNya". Bukun cinta kita yang selama ini, sungguh bukan….!!!. mulai saat ini kita lupakan cinta kita dulu. Cintakan hati kita sepenuhnya kepada Allah sekarang. Dan maafkan kalau untuk selanjutnya kita tidak akan menjalin hubugan seperti dulu lagi. Saya yakin aa' jauh lebih mengerti dari saya.

Sekali lagi terimakasih telah menyadarkan saya….

Kalaupun kita ditaqdirkan berjodoh, InsyaAllah kita akan bersama lagi. Percayalah janji Allah a'…

Saya serahkan semuanya pada Allah….

Wassalam…wr wb

Ttd

(Fitri Dwi Anggraeni)

Betapa tersentak hatiku bagai disayat-sayat sembilu membaca surat itu. Betapa aku tidak percaya ke ajaiban semua ini Tak terasa air mataku menetes membasahi surat yang ada di tanganku. Oh…Tuhan benarkah dia yang wanita yang menulis surat ini? Benarkah dia yang berjilbab panjang bak seorang ustadzah kata pelayan tadi. Benarkah dia….ya Allah??? Benarkah dia telah berubah?? Gumam hatiku.

Ampuni hamba ya Allah telah berburuk sangka kepadanya, maafkan hamba yang telah mengecewakannya. Ampuni dosa hamba yang lemah dan bodoh ini ya Robb. Tunjukan kami jalan yang lurus. Jalan yang Engkau ridhai, bukan jalan orang-orang yang engkau murkai.

* * * * *

Sesampainya dikotsan, tak henti-hentinya hatiku beristighfar kepada Allah, memohon ampun kepadanya. Memohon petunjuk kepadanya. Berdoa semoga nikmat hidayah engkau tetapkan untuk kami berdua, dan seluruh orang mu'min.

Sejak saat itu mereka tidak pernah lagi menjalin hubungan yang dilarang oleh Allah itu. Keduanya sibuk mendekatkan diri kepada Allah. Malam-malam mereka dilalui dengan tahajjud dan larut dalam zikir-zikir kepadaNya. Selalu hadir kesetiap majelis-majelis ilmu.

Demikianlah salah satu cara Allah mentarbiyah hamba-hambanya. Jangan pernah menunggu hidayah. Tapi carilah hidayah itu.

By:

Fachry

Kritik dan saran kirim ke: frans_jornal@yahoo.co.id

Nb: cerpen ini special buat seseorang yang pernah dihatiku

Selengkapnya...

Senin, 19 Januari 2009

Cerpen Q

0 komentar

"KETULUSAN BERBUAH CINTA"

Angin sepoi-sepoi terus menerpa kulit Andi yang tengah duduk di bawah sebatang pohon beringin. Ia sengaja memilih istirahat di bawah pohon itu untuk mengusir kelelahannya, sembari menikmati pemandangan pegunungan yang terbentang indah di depan matanya. Maklum seharian ini dia duduk di bangku kelas, mendengarkan dosen yang mengajar hari itu. Tenaganya benar-benar terkuras habis dengan perkuliahannya hari itu, sekuat mungkin konsentarasinya ia fokuskan pada pelajaranya tadi di kelas.

Sesekali ia melihat kearah mahasiswa yang lalu lalang di depannya, ada juga yang sambil bercanda dan tertawa dengan pasangan mereka sambil terus berjalan. Mungkin mereka juga baru beres perkuliahan atau mungkin bahkan ada yang baru mau masuk kelas, ah…entahlah apa yang ada di pikirannya.

Lama sudah Andi duduk di bawah pohon itu menikmati hembusan angin pegunungan yang begitu sejuk. Terkadang ia selonjorkan kakinya yang terasa mulai kram.

"ya Allah terimakasih engkau masih memberikan nikmat sehat kepadaku hingga hari ini"

gumamnya dalam hati.

Masih teringat jelas kejadian setahun lalu yang menimpanya. Saat itu ia sakit dan divonis oleh dokter terjangkit DBD (Demam Ber-Darah). Ia terbaring lemas di sebuah rumah sakit islam di Bandung. Disitu ia baru sadar betapa nikmatnya menjadi orang yang sehat. Mungkin benar kata orang nikmat sehat itu baru terasa ketika kita lagi sakit. Begitu juga kesehatan itu tak bisa dihargai dengan uang. Biarlah hidup dalam kekurangan tapi sehat, dari pada hidup mewah berpenyakit. Apalah arti hidup bagi orang yang tengah terbaring di UGD atau ICU serta di kamar rawat inap.

Tengah asyik melamun, tanpa sengaja matanya tertuju pada seorang mahasiswi yang yang sedang duduk di depan salah satu kelas bersama seorang temanya. Kelihatannya dia tengah asyik membaca buku yang sedang ada di genggamannya, entah buku, kitab, atau Al-quran, entahlah….! Yang jelas dia tengah asyik membolak balik halaman buku tersebut dengan jari-jari tangannya yang mungil. Sesekali wanita itu tersenyum kepada teman di sebelahnya. Wajahnya yang putih bersih dibalut dengan jilbab pink yang menutup seluruh auratnya menambah ayu penampilannya. Pipinya yang kemerah-merahan dan matanya yang teduh membuat semua orang yang melihatnya terpana. Lesung pipitnya yang indah semakin menghiasi sunggingan senyum dari bibir merahnya. Mata Andi benar-benar terbelalak melihat wanita itu…

"subahanallah…cantik sekali wanita itu, begitu sempurna ciptaan Mu ya Robb,andai saja ia engkau anugerahkan untuk menjadi pendampingku kelak…, pasti aku menjadi orang paling beruntung sedunia" gumamnya dalam hati.

Tak berapa lama ia baru sadar kalau dia tengah berada di dalam perangkap setan. Ia telah melihat seseorang yang bukan muhrimnya dengan berpikiran macam-macam. Seketika itu cepat-cepat ia palingkan wajahnya kearah lain, seraya beristighfar minta ampun kepada Allah.

"astaghfirullahal 'adzim…."

"ampuni hamba ya Allah, hindari hamba dari pandangan yang membuat dosa karena nya" sesalnya dalam hati.

"Allahu akbar…Allahu akbar…!" suara azan membangunkan Andi dari lamunannya. Diraihnya tas yang sarat dengan binder dan buku-buku kuliahnya untuk kemudian sudah berada di punggungnya. Ia bergegas menuju masjid kampus yang tak berapa jauh dari tempatnya beristirahat tadi. Sejurus kemudian pemuda perantauan ini sudah berada di tempat wudhu. Air wudhu mengalir keseluruh anggota wudhunya. Kesejukan demi kesejukan dirasakannya… seketika pemikirannya tentang wanita yang dilihatnya tadi sudah bisa ia lupakan. Dan ia memang harus melupakan semua urusan duniawi, karena ia akan mengahadap sang Maha pencipta. Maha pengatur semua urusan. Diapun larut dalam munajahnya kepada sang Ilahi… tak jarang air matanya mengalir ketika dia bersujud.

Setelah selesai shalat dan berdoa serta berzikir, diraihnya tas yang berada di depan tempat sujudnya tadi, seraya tangannya meraba-meraba isi tas seperti ingin mengambil sesuatu dari dalamnya. Sebuah mushap kecil sudah berada ditangannya, dia asyik di buai oleh indahnya kata-kata dalam mushaf tersebut. Terkadang ia berhenti membacanya sembari merenungkan maksud dari ayat tersebut.

"Hai…..! melamun aja , hayo ngelamunin apa?" tiba-tiba Fadhli mengagetkannya dari belakang.

"huh… kamu ngagetin aku aja, untung jantungku gak copot" timpal Andi sambil mencubit kecil paha temennya itu. Fadli hanya tertawa kecil kegelian.

"Eh… ndi besok ada acara gak?" Tanya Fadli.

"gak…, emang ada apa?" Andi balik bertanya..

"besok jam sepuluh insyaAllah ada pengajian di mesjid agung, mau ikut gak?, kalau mau kita berangkat bareng aja. Gimana?"

"Ayo… siapa takut…hehe!" timpal Andi sambil mengaitkan kelingkingnya kepada temennya itu tanda deal alias setuju.

"ya udah kalau gitu besok aku tunggu jam sembilan di gerbang depan kampus" sahut Fadli sambil berlalu.

Ok…!" jawab Andi.

Andi segera memasukan mushaf alqurannya ke dalam tasnya kembali. Dan bersiap-siap pulang ke kotsannya, karena masih banyak tugas yang harus dikerjakannya setelah di kots nanti. Dan ia pun berpisah dengan Fadli di depan masjid. Gak tau dia mau kemana, mungkin Fadli masih ada kelas atau ada kegiatan lain, maklum beda jurusan. Andi jurnalistik dan Fadli sendiri anak muamalah. Fadli adalah temen seorganisasi dikampus, sekaligus temen akrabnya juga.

* * * *

Lima menit sudah Andi menunggu di depan gerbang pintu kampus. Ditemani sebuah hand phone mungil di tangannya. Ketika tengah asyik mengutak ngatik hp nya, tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara salam dari belakangnya.

"assalamu'alaikum…"

"wa'alaikum salam wr…wb" seraya menoleh kebelakang, yang ternyata Fadli yang ditunggunya.

"afwan ndi telat lima menit"

"Gak apa-apa, yuk…kita lansung berangkat saja takut ketinggalan nanti"seru Andi

"okey…let's go…!"

Dengan naik angkot, 10menit kemudian mereka sudah sampai di tempat yang dituju. Mereka berdua pun turun setelah membayar ongkos angkot kepada pak sopir. Orang-orang sudah mulai ramai di sekitar masjid, mungkin mereka juga mau ikut pengajian atau mau sekedar beristirahat di masjid, entahlah…! Beberapa pedagang juga ikut meramaikan sekitar masjid agung tersebut dengan barang-barang dagangan mereka.

"Kita lansung masuk aja yuk…!" ajak Fadli.

"ayo…" Andi mengiakan.

Mereka mengambil tempat di dekat tiang masjid. Keduanya duduk bersila sambil bersiap-siap menunggu dimulainya acara. Tak berapa lama kemudian acarapun dimulai, yang dibuka oleh seorang MC.

"Acara selanjutnya pembacaan ayat suci al-qur'an oleh ukhty Naely Khoirotun Najwa" kata MC itu dengan nada yang jelas.

Yang dipanggilpun maju kedepan. Betapa terkejutnya hatiku ketika melihat wanita yang membaca alqur'an di depan itu.

"Bukankah itu wanita yang aku lihat kemarin di kampus?" gumam Andi dalam hatinya…"o… ternyata itu tadi namanya, nama yang bagus, secantik orangnya…"

"subahanallah bagus banget suaranya melantunkan ayat-ayat suci, bak Hj Maria Ulfa qori'ah internasional itu" lamunnya.

"astaghfitullah hal adzim… apa-apaan aku ini ya Allah…,aku kesini bukan untuk cari cewek tapi mau ikut pengajian. Ampuni hamba ya Allah!" sesal andi. Dia lansung menundukkan pandangannya.

Ustadz Khoiruddin mulai membuka tausyiahnya dengan kalimat-kalimat pujian terhadap Allah SWT, semua orang khusyu' mendengarkan nasehat-nasehat dari ulama besar itu. Mereka larut dalam renungan masing-masing. Tak terkecuali aku dan Fadli. Ustadz Khairuddin memberikan materi tentang kejujuran. Ulasan yang begitu menggugah hati bagi setiap telinga yang mendengarnya. Sesekali aku mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh ustadz, yang pasti akan bermanfaat untukku kelak.

Haripun semakin siang, sang surya begitu bersemangat menyinari bumi. Setetah mendengarkan tausyiah dan shalat zuhur, mereka berdua kembali pulang dengan ketenangan hati setelah mendapat pencerahan tadi. "Sekarang aku baru tau apa hakikat kejujuran yang sebenarnya". Tak berapa lama keduanya sudah sampai ke kotsan masing-masing. Andi lansung merebahkan diri untuk beristirahat. Seketika ia kembali terigat kepada wanita cantik bak bidadari yang tadi ia lihat di pengajian, dan dikampus kemarin. Tapi cepat-cepat ia hapus bayangan dari itu, karena ia sadar bayangan itu dating dari setan. Setelah itu ia terlelap dalam mimpi indahnya sampai azan asar membangunkannya untuk segera mengahadap sang Kholiq.

* * * *

Keesokan harinya, sepulang dari kuliah Andi berniat hendak ke toko buku yang tak berapa jauh dari kampusnya. Ia berjalan gontai sendirian di pinggir trotoar, sambil menikmati pemandangn kota Bandung. Deru mesin kendaraan yang lalu lalang semakin menghiasi kota kembang itu. Sesekali matanya tertuju kepada pedagang-pedagang kaki lima di sepanjang jalan itu, dan tak jarang ia lemparkan senyuman kepada mereka, karena ia selalu yakin kalau senyum kepada sesama manusia itu merupakan sedekah. Tiba-tiba dari kejauhan diarah depannya ia mendengar suara teriakan orang minta tolong.

"tolong…tolong…copet !!! tolong…"Ternyata suara ibu-ibu yang minta tolong.

Terlihat dua orang yang berpakaian serba hitam lari ke arahnya. Ternyata itulah pencopetnya. Mereka lari sekuat tenaga dengan barang curian yang ada di genggamannya. Spontan Ali mengahadang dua pencopet yang lari kearahnya itu. Pencopet itu kaget dan berseru.

"hai…anak muda goblok, jangan coba-coba berani menghalangi kami, atau nyawamu melayang"

Gertakan itu sedikitpun tidak menggetarkan hati Andi, sebuah pukulan keras melayang kearah pipinya, secapat kilat ia tangkis pukulan itu dan dibalas denga pukulan keras di arah ulu hati perampok itu, sehingga perampok itu tak berdaya sedikitpun dan terkapar kesakitan di tanah. Teman yang satunya lagi ikut membela dengan memberikan pukulan keras kearah perut Andi. Dengan sigap ia menangkap tangan itu dan sebuah tendangan maut Andi mengenai kemaluan perampok itu,sehingga keduanya kini terkapar di tanah dan meringis kesakitan dan minta ampun kepada Andi, seraya menyerahkan sebuah kalung emas hasil jarahan dari ibu yang dicopetnya.

"Hm…gak sia-sia tiga tahun belajar beladiri dikampus" gumam Andi dalam hatinya.

Tak berapa lama orang-orang disekitar situ melapor ke polisi dan membawa ke duanya ke kator polisi untuk diproses. Andipun segera menuju kepada ibu berjilbab yang kecopetan itu untuk mengembalikan barangnya. Ibu itu masih berdiri di kejauhan.

"ni bu kalungnya…" seraya menyerahkan kalung ditangannya kepada ibu itu.

'terimakasih ya nak…!"

"kalau tidak ada kamu ibu gak tau nasib ibu bagaimana,…"

"karena barang ini adalah barang yang sangat berarti dan berharga plus bersejarah bagi keluarga ibu" terang ibu itu.

Setelah itu Andi berlalu begitu saja dari depan ibu itu. Dan melanjutkan perjalanannya. Baru beberapa langkah Andi berjalan, ibu itu memanggilnya.

"Nak…kalau boleh tau ibu nama mu?" Tanya ibu itu.

"Andi bu…" jawab andi dengan santun.

"O..ya ini ada sedikit dari ibu, kamu terima ya,sebagai rasa terimakasih ibu" seraya mengeluarkan dua lembar uang ratusan ribu.

Andi kaget, dan secara spontan ia menolak pemberian itu dengan lembut.

"Gak usah ibu, gak usah repot-repot, saya ikhlas ko' bu."

"ayo ambillah, anggaplah ini sebagai hadiah dari ibu buat nak Andi" seru ibu.

"bu,sekali lagi terimakasih atas hadiah dari ibu,lagian sudah kewajiban kita sesama muslim ko' bu membantu saudaranya seiman dan seaqidah."

"dan bukan pula saya gak mau menerima pemberian dari ibu, tapi banyak orang yang lebih pantas menerimanya dari saya bu…" jawab andi dengan senyum ramah khasnya.

Setelah mendengar ucapan Andi tadi, ibu itu tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa mengucapkan ribuan terimakasih pada Andi. Dan Andi mohon diri kepada ibu itu, dan sebelumnya Andi sempat menanyakan nama ibu itu, dan ternyata namanya adalah ibu Aminah.

* * * *

Malam harinya setelah shalat isya di rumah, bu Aminah meceritakan semua kejadian yang menimpanya tadi kepada suaminya ustaz Khairuddin. Ibu Aminah benar-benar terharu dengan kebaikan budi dan akhlaq anak muda yang menolongnya tadi.

"siapa nama pemuda itu ummi…?" Tanya ustadz Khairuddin kepada isterinya.

"Andi,…dia kuliah di kampus yang sama dengan anak kita Ely abi" jawab bu Aminah.

"Pokoknya orangnya baik banget bi…, ummi aja terharu melihatnya, ternyata masih ada anak muda yang sebaik dia bi," lanjut bu Aminah.

"abi jadi penasaran dengan dengan pemuda itu, kalau benar seperti itu, kayaknya dia pemuda yang cocok buat anak kita Ely" seru ustadz Khairuddin sambil menatap wajah istrinya.

Tiba-tiba dari dalam kamar Ely datang menuju ruang tamu tempat abi dan umminya yang lagi asyik berbincang-bincang. Ely yang saat itu lagi mengenakan jilbab biru muda yang lebar dan gamis hijau mudanya terlihat begitu anggun. Seraya memeluk ibunya dengan sikap manjanya. Memang begitulah sikap Ely kepada orang tuanya, walaupun dia sudah sudah semester tujuh.

"serius banget kelihatanya, abi sama ummi lagi ngomong apaan ne…? lagi pacaran ya? He..he.." sela Ely.

Ustadz Khairuddin dan Bu Aminah hanya tersenyum geli melihat tingkah laku anaknya ini. Ely begitu biasa ia dipanggil di rumah, nama lengkapnya Naely Khoirotun Najwa.

"begini nak, kalau kamu abi jodohkan dengan seorang lelaki yang pantas buat kamu, kira-kira mau gak?" Tanya ustadz Khairuddin pada anak semata wayangnya itu.

"mau…mau…, tapi pilihan abi sama ummi khan?

"sepanjang orangnya baik, soleh, dan bertanggung jawab, Ely ikut abi ma ummi aja" sahut ely dengan riang.

"Insyllah nak orangnya baik,soleh, dan bertanggung jawab. Dia adalah pemuda yang menolong dan menyelamatkan ibu dari peristiwa pencopetan kemaren" terang bu Aminah.

"Namanya siapa ummi?.." Tanya ely penasaran.

"Andi…" jawab Bu aminah dan Ustadz Khairuddin hampir berbarengan.

"ya sudah insyallah besok abi akan menemui pemuda itu dan akan menanyakan pendapatnya lansung" lanjut ust Khairuddin.

Angin malam yang dingin begitu terasa di luar rumah. Keluarga kecil nan bahagia ini terus berbicara sambil terkadang tertawa ria di ruang tamu rumah itu. Suara jangkrik diluar semakin menambah hangat suasana di rumah ini. Gemerlap sinar bintang yang selalu memancar menghiasi langit malam itu. Entah berapa jumlah mereka. Hanya Dia yang Maha Pencipta yang tahu tentangnya. Cahaya lampu di taman depan rumah ikut menyinari gelap malam yang dingin itu. Kelihatanya keluarga ini selalu bahagia dan senang. Memang itulah yang didambakan setiap orang di muka bumi ini. Kebahagiaan tidak bisa diukur dengan Harta dan kekayaan. Dan harta yang banyak ternyata tidak menjamin orang untuk hidup bahagia. Terbukti dari kalangan selebritis yang hidup di tengah limpahan harta dan kekayaan, tapi mereka tidak memiliki kebahagiaan bathin, justeru sebaliknya yang terjadi adalah perceraian, percekcokan, dan keributan dalam rumah tangga. Begitu pula tidak sedikit orang yang hidup dalam serba kekurangan, tapi mereka punya kebahagiaan yang tiada tara.

* * * * *

Singkat cerita akhirnya , ustadz Khairuddin bertemu dengan Andi. Betapa kagetnya ia ketika didatangi ustadz Khairuddin, apalagi setelah mendengar ustadz Khairuddin berniat hendak menjodohkan ia dengan anaknya. Walaupun sejatinya Andi dari segi umur memang sudah pantas untuk berumah tangga, karena umurnya suadah dua puluh tujuh tahun. Disisi lain ia merasa ragu, karena belum terlalu siap dari segi lahir, namun di sisi lain ia dikuatkan pleh hatinya supaya menjalankan sunnah rosul ini, sekalipun ia belum pernah kenal dengan calon pendampingnya ini. Mudah-mudahan akan lebih mengurangi dosa. Apalagi yang akan dijodohkan dengannya adalah anak seorang yang 'alim, dan berilmu. Insyaallah anaknya juga akan sholehah seperti orang tuanya.

"Tapi saya belum siap ustadz secara lahir untuk menafkahi istri saya nanti,karena saya belum bekerja dan masih kuliah" jawab Andi ragu.

"Nak Andi, jangan khawatir, Rezeki itu sudah diatur oleh Allah, kenapa kita harus takut kalau semuanya sudah diatur oleh Nya" ustadz Khairuddin meyakinkan.

"kalau boleh tau siapa namanya ustadz?" Tanya Andi gugup.

"Ely…, dia anak saya satu-satunya"

"Nak Andi besok saya tunggu di rumah saya jam 9.00 untuk proses ta'aruf" kata ustadz Khairuddin seraya memberikan alamat rumahnya.

"Insyaallah ustadz, saya akan datang besok" jawab Andi dengan sopan.

Ya… hanya itu kata-kata yang dapat ia ucapkannya. Ia tidak dapat menolak, mulutnya beku bungkam seribu bahasa. Ia tidak pernah menyangka kalau kejadian hari ini akan pernah terjadi. Hanya Allah yang Maha Mengetahui segala yang akan terjadi. Mungkin taqdirnya akan seperti ini. Semua ia serahkan kepada Allah swt.

Malam harinya, ia tidak bisa tidur memikirkan apa yang baru dialaminya tadi siang. Matanya menerawang ke langit-langit kamarnya. Pikirannya tidak karuan. "Ely" sebuah nama yang belum pernah ia dengar sebelumnya, apalagi wajahnya. Malam semakin sunyi tak seperti hati Andi yang lagi gundah. Sesekali ia coba memejamkan matanya, tapi matanya enggan terpejam. Akhirnya ia ambil inisiatip untuk ke kamar mandi dan berwudhu, setelah itu ia laksanakan shalat witir beberapa roka'at. Ia larut dalam zikir-zikirnya. Tak lupa ia berdoa untuk kedua orang tuanya yang ada di kampung nun jauh di mata, semoga selalu dilindungi oleh Allah. Ia juga mohon petunjuk hidup kepada sang Pencipta. Terkadang butir-butiran air mata membasahi sajadahnya. Ia benar-benar larut dalam penghambaannya. Hingga akhirnya matanya pun mulai terasa berat dan ia pun merebahkan dirinya kembali dan terlelap dalam mimpi-mimpi indahnya.

Keesokan harinya ia sudah sampai di Alamat rumah yang dituju. Betapa terkejutnya ia, ternyata alamat yang ada ditanganya itu mengarah ke sebuah area perumahan elit di daerah kota itu. Ia sedikit tidak percaya, namun ia tetap melanjutkan langkah kakinya. No 25.A yaa… itu lah rumah yang tertulis di kertas alamat yang dipegangnya. Rumah itu sudah berada di depan matanya sekarang. Sebuah rumah elit dengan taman di depan rumah itu, sebuah sedan Toyota vios terparkir di garasi sebelah rumah itu.

"Benarkah ini rumah ustadz Khairuddin"?tanyanya dalam hati.

Akhirnya ia beranikan diri untuk mengetuk pintu sambil mengucapkan salam.

"Assalamu'alaikum…" ucap Andi pelan.

"wa'alaikum salam warahmatullah wabarkatuh" terdengar jawaban dari dalam.

Setelah pintu dibuka. Ustadz Khairuddin

"oh… nak Andi, ayoo silahkan masuk, kita sudah menunggu ko'…" ustadz Khairuddin tersenyum pada Andi dan mempersilahkan.

'terimakasih ustadz" jawab andi gugup. Alhamdulillah ternyata benar ini alamat rumah ustdz Kairuddin" pikir hatinya.

Setelah sedikit berbasa basi dengan Andi, acara ta'aruf pun dimulai.

"ummi apakah sudah siap semuanya…?"Tanya ustadz Khairuddin kepada isterinya dari balik hijab yang memang sudah dari tadi menunggu.

"sudah Abi…"jawab bu Aminah singkat dari balik hijab.

"Ya sudah, sekarang silahkan kalian saling bertanya tentang diri kalian masing-masing" seru ustadz Khairuddin sambil berlalu keruang dapur bersama isterinya meninggalkan mereka berdua.

Hatinya semakin tak terkontrol, ia benar-benar gugup. Dan memang ia akui dia belum pernah pacaran, apalagi ngobrol dengan cewek secara serius seperti saat sekarang ini. Keduanya hanya diam di ruangan itu. Hanya dinding menjadi saksi kebisuan mereka. Akhirnya dengan ucapan bismillah Andi mulai membuka kebekuan itu.

"Assalamua'alaikum…" ucap Andi dengan memberanikan diri.

"wa'alaikum salam warohmatullah…" terdengar jawaban dari sebelah tabir. Hatinya semakin tak karuan. Detak jantung semakin kencang mendengar suara halus nan lembut yang menjawab dari balik hijab sebelahnya.

"Nama ukhti siapa…?"Tanya Andi masih deg-deg an.

"Ely, nama akhi Andi kan?..." Ely balik bertanya.

"Iya… Andi syahri lengkapnya" jawabnya pelan.

"ukhty, sebelumnya ana mau Tanya, apakah ukhti benar-benar siap menjadi pendamping saya?" Tanya Andi.

"jujur saja saat ini saya masih kuliah dan belum bekerja, tapi saya akan berusaha sekeras tenaga untuk terus berjuang dalam menafkahi keluarga…" lanjut Andi.

"ana siap ko' akhi, walaupun dalam kondisi apapun. Bagi ana harta tidak menjamin kebahagiaan, insyallah kalau masalah harta saat ini lebih dari cukup." Jawab Ely tenang.

Setelah cukup lama dan dirasa cukup proses ta'aruf, ustadz Khairuddin dan isterinya kembali keruang tengah. Sebagai sunnah rosul, akhirnya Andi diizinkan untuk melihat wajah calonnya sekilas sekedar untuk mengetahui. Bu Aminah pun membuka sedikit hijab untuk sekedar melihat sekilas. Ketika hijab dibuka, betapa terkejutnya Andi melihat bidadari yang ada di depan matanya. Sosok wanita cantik yang anggun dengan mengenakan jilbab pink lebar dan gamis hijau seperti pertama kali ia melihatnya waktu pertama kali dikampus ketika dia lagi istirahat di bawah pohon kira-kira dua minggu lalu. Hatinya benar-benar tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Wanita yang selama ini ia damba-damba kini berada di depan mata.

"Naely Khairotun Najwa…?, ukhti yang membaca ayat suci Alquran pada pengajaian ustadz Khairuddin di masjid Agung tempo hari kan…?, kenapa berubah menjadi Ely" ucap Andi terperangah.

Ia memang hapal betul nama itu ketika setelah ia mengikuti pengajian kemarin.

"iya…, nama saya Naely Khairotun Najwa, di rumah dan di kampus sering dipanggil Ely" terangnya.

* * * * *

Singkat carita. Dua minggu setelah acara ta'aruf itu, merekapun menikah dan membina rumah tangga sakinah mawaddah wa rohmah. Tak henti-hentinya Andi bersyukur atas karunia yang diberikan oleh Allah kepadanya. Setiap malam mereka berdua larut dalam beribadah kepada kepada Sang Pencipta. Ia sangat sayang kepada isterinya yang telah di anugerahkan oleh Allah swt. Seseorang wanita cantik ,baik, lembut, dan sholehah. Bak bidadari yang turun ke dunia. Tak pernah terbayang olehnya rencana Allah kepadanya. Inilah buah dari ketulusan dan keikhlasan.

" Dan sebaik-baik perhiasan di dunia adalah wanita shalehah"

by:

M.Fachruddin Al-banna

Selengkapnya...

Powered By Blogger